Mari kita membangun global talent dari Indonesia (3)


Saya masih ingat dalam suatu acara diskusi bisnis di department Perindustrian di Jakarta 2 tahun lalu, seorang pembicara dari Himpunan pengusaha Muda yang juga pernah bicara di IM Telkom. Tokoh muda tersebut dengan berapi-api menegaskan dengan kemajuan yang banyak dicapai Indonesia dan segala potensi yang besar ini, sudah saatnya orang-orang Indonesia tampil di panggung bisnis internasional. Sudah saatnya rasa kurang percaya diri yang banyak menghinggapi diantara kita dipendam bahkan dibuang. Yakinlah bahwa kita mampu dan itu sudah banyak dibuktikan oleh orang-orang Indonesia melalui berbagai prestasi di berbagai bidang.
Kemarin pagi saya teken MoU antara prodi D-3 Pemasaran dengan dua perusahaan Indonesia yang berkantor di Amerika Serikat, London dan Jakarta. Dengan pengalaman salah satu pendirinya yang sekolah dan bekerja di Amerika hampir 20 tahun, dia melihat pentingya membangun global talent ini agar orang-orang Indonesia dapat juga berperan aktif dalam berbagai bisnis internasional. Dia menyatakan saya punya mimpi orang-orang kita yang ada diperusahaannya nanti akan dijadikan juga eksekutif pada kantornya yang ada di Eropa dan Amerika Serikat. Polanya mirip apa yang dikembangkan SingTel diatas. Kalau tidak ada kendaraan seperti ini sulit untuk mengembangkan global talent. Bekerja sambil berkembang, begitu kira-kira caranya. Ini hal yang bagus, pemikiran yang keluar dari orang-orang muda dengan gagasan yang brilian dan penuh tantangan. Jadi katanya kita perlu menciptakan trafik orang-orang Indonesia yang memiliki kemampuan tinggi ke dunia internasional. Caranya yang sedang mereka persiapkan adalah melalui perusahaan yang mereka sebut “hybrid company” yang ada di 3 negara yang disebutkan tadi. Mereka penasaran dalam pentas bisnis global orang-orang Indonesia belum banak diperhitungkan. Agar hal itu terjadi yaitu turut diperhitungkan, kita harus mengembangkan bisnis internasional juga.
Mari kita lihat dengan Cina. Ambil saja contoh ZTE, sebuah perusahaan manufaktur berbagai peralatan telekomunikasi yang banyak berkiprah di negeri kita. Training Center mereka juga ada kawasan pendidikan Telkom, persisnya di IT Telkom. Beberapa tahun lalu pada waktu ZTE menjajaki rencana untuk masuk ke Indonesia, saya bertemu dengan beberapa orang eksekutif ZTE. Saya perhatikan bagaimana mereka mendatangi berbagai pihak baik yang ada di operator, regulator, departemen perindustrian, departemen perdagangan dan berbagai perusahaan manufaktor telekomunikasi yang ada. Tidak capek-capek mereka terjun ke sana kemari di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Itulah sebuah gambaran bagaimana kerja keras dengan misi tertentu yang harus dijalankan untuk membuka bisnis di negara lain. Sekarang kita lihat dua perusahaan Cina dalam bidang manufaktur telekomunikasi merupakan pemain penting dalam pasar perangkat telekomunikasi di negeri kita. Belum lama masuk di Indonesia, mereka menyadari akan besarnya potensi pasar yang ada sehingga mereka memutuskan memindahkan kantor mereka yang di Singapura ke Jakarta. Bagaimana dengan para eksekutif bisnis, orang-orang teknis mereka maupun para trainernya?. Banyak yang datang ke Jakarta, Bandung dan berbagai tempat-tempat yang ada proyek ZTE nya. Saya pernah beberapa kali berkunjung ke kantor mereka yang ada di Kuningan. Saya melihat banyak para teknisi mereka yang duduk menghadap komputer yang langsung terhubung dengan headquater di Shenzen, melakukan perencanaan berbagai proyek telekomunikasi, adminsitrasi keuangan dan lain-lain dengan pola kerja yang Spartan. Penuh disiplin kerja agar target-targetnya dapat dicapai dengan baik.
Pada saat di IT Telkom, saya banyak memperhatikan cara kerja mereka. Rupanya tiap hari staf ZTE yang ada di training center harus membuat laporan kemajuan pencapaian target training center berkaitan dengan pelatihan client project-project mereka dari berbagai operator telekomunikasi, kontraktor dan supplier. Laporan itu dibuat tiap hari melalui sistem IT yang terhubung langsung dengan data center mereka di Shenzen. Pengalaman lainnya pernah dalam kerja sama tersebut kita menghadapi kendala aspek prosedur keuangan maupun tenaga trainer yang lebih bebas agar dapat memenuhi jadwal yang sudah mereka tetapkan. Rupanya direktur keuangan dari ZTE University, seorang ibu langsung ke Bandung untuk menangani masalah tersebut hingga tuntas. Para manajernya juga diberi tugas melakukan multi tasking. Contohnya manajer ZTE training center tersebut juga mempunyai tugas mengendalikan beberapa proyek di India dan Malaysia. Itulah sebuah contoh bagaimana cara kerja mereka termasuk dalam membina orang-orang mereka dalam menghadapi masalah-masalah di berbagai unit bisnisnya di seluruh dunia. Selain itu kantor ZTE sangat banyak di berbagai negara termasuk di Eropa, Amerika Utara, Afrika dan Asia. Manajemen ZTE mengirimkan para eksekutif yang masih berumur 25 – 30 tahun ke berbagai negara tersebut untuk mengembangkan bisnisnya. Target-target bisnis selalu di pasang dengan pertumbuhan tinggi dibandingkan masa sebelumnya. Pada waktu-waktu tertentu para eksekutif di berbagai Negara tersebut dipanggil untuk masuk ke ZTE University untuk mendapatkan perkembangan baru atas berbagai produk yang baru di produksi ZTE, termasuk ilmu-ilmu manajemen dan bisnis mutakhir. (Catatan: tulisan ini dibuat 10 Oktober 2012) Bersambung…


Leave a Reply