Layanan Machine To Machine Cellular: Bisnis Masa Depan Operator?


Dewasa ini tak bisa dipungkiri lagi bisnis voice dan SMS bagi operator seluler sudah cenderung stagnan. Pertumbuhannya sudah beda dengan di masa lalu yang sangat tinggi. Pada sekitar 10 – 15 tahun lalu, orang ngiler lihat pendapatan operator seluler. Pada saat saya bertugas di Investor Relations Telkom, mereka selalu tanya mengapa EBITDA margin PT Telkomsel demikian tinggi dibandingkan dengan operator seluler lain di dunia. Waktu itu memang pasar layanan seluler nasional masih tumbuh luar biasa, apalagi dibarengi dengan coverage Telkomsel yang demikian luas sehingga lebih mudah menggapai pelanggan baru. Tapi rupanya beda dengan saat ini dimana pelanggan seluler sudah menyamai jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhannya sedikit sekali dan cenderung turun. Tentu saja operator seluler terus putar otak bagaimana caranya dapat meningkatkan pendapatan dari bisnisnya. Nah Layanan Machine To Machine merupakan satu harapan di masa depan bagi operator seluler umumnya, termasuk di Indonesia. Layanan ini disebut juga dengan singkatan M2M.
Selama ini masyarakat umum banyak mengenal komunikasi antar orang seperti yang telah banyak kita alami dengan berlangganan telepon rumah atau telepon tetap maupun seluler. Kita melakukan komunikasi dengan pelanggan telepon rumah atau pelanggan seluler lainnya. Pada komunikasi Machine to Machine seperti apa yang tertulis yaitu komunikasi terjadi antara mesin dengan mesin. Coba kita lihat apa yang ditulis dalam Wikipedia yaitu “Machine to Machine (M2M) refers to technologies that allow both wireless and wired systems to communicate with other devices of the same type.” Jadi ada teknologi-teknologi yang memungkinkan diantara system-sistem (wireless dan wired systems) dapat berkomunikasi satu sama lain. Aplikasinya banyak di dalam bidang industry seperti untuk otomasi, logistic, smart cities, kesehatan dan lain-lain.
M2M mengalami perkembangan pesat. Dalam 4 tahun belakangan yaitu dari 2010-2014 secara global perkembangan M2M mengalami peningkatan yang sangat tinggi dengan CAGR 38%. Khusus di Asia memberikan kontribusi sebesar 42% M2M dari total global. Jumlah tersebut berasal dari 47 operator. Angka-angka tersebut menunjukkan peluang bisnisnya sangat besar. Selanjutnya Cisco VNI Mobile memperkirakan antara tahun 2013 – 2018, deployment selular akan meningkat dengan CAGR 8% dimana angka pertumbuhan tersebut sebagian besar didorong oleh berkembangnya aplikasi M2M. Device M2M akan meningkat 6 kali lipat. Data dari sumber yang lain lagi menunjukkan pada tahun 2018 akan terdapat 2 miliar koneksi M2M secara global dimana 85% masih menggunakan teknologi 2G atau 3G.
GSMA Intelligence Analysis menunjukkan beberapa operator yang berhasil mengembangkan bisnis M2M nya antara lain Telecom Italia dalam bisnis asuransi, Telefonica khusus mengembangkan Connected Laptops dan AT&T yang mengembangkan bisnis digital life.
Secara potensi, Indonesia termasuk pasar yang besar, apalagi dengan ukuran tingkat ekonomi nomor 16 dunia. ukurannya akan makin besar sehingga di masa depan levelnya akan terus meningkat menjadi dibawah 7 pada tahun 2030. Diantara bidang yang berpotensi digarap antara lain adalah bisnis keuangan, utilitas, logistik dan otomotif. Para operator seluler nasional sudah mulai menggarap kesempatan bisnis yang ada. (Husni Amani/Minggu Sore/8 Maret 2015)

Sumber:
Cisco VNI Mobile, 2014.
GSMA Intelligence Analysis, 2014.
http://en.wikipedia.org/wiki/Machine_to_machine, akses sabtu 6 Feb 2015


Leave a Reply